Saya belajar dri seseorang yg hidupnya
simple dan minimalis, cuma bbrp baju, dn bbrp barang yg di butuhkan.
Dulu pikiran saya si doi ini zuhud
pisan, hehe,
Dan semenjak sy mengenalnya, dia banyak
mengajarkan sy dgn hidup minimalis dn sederhana...
Mengajarkan sy untuk memberi, jika kamu
dapat satu baju baru, maka satu baju lama kamu kasih ke orang lain
Dulu sy sendiri mempunyai penyakit
mubazir, ya terhadap barang2 yg tdk di butuhkan dan barang2 yg tdk sy pakai
Mempunyai segudang baju, berdus dus
kerudung, hijab, tas, jam tangan. Hem kaya orang jualan aja sudah itu hehe.
Sendal sepatu yang banyak padahal kaki
cuma dua. (Klo mau berangkat bingung mau milih yg mana)
Yaa...
Kebanyakan orang sekarang ini sibuk
dengan "ingin keliatan kaya" tapi dia sendiri lupa untuk
"mempekaya diri mereka sendiri"
Ingat.. org kaya walaupun pke kaos
murahan dia tetap org kaya.. tapi org yg kere pake baju mewah jutaan tetap aja
dia kere
Oke lanjut...
Dan akhirnya sy mencoba untuk
mengikhlaskan barang2 yg sy sayangi untuk di bagi bagikan...
Itu adalah moment yg berat menurut saya
waktu pertama kalinya
Tapi semakin ke sini sy semakin sadar
dan semakin mengerti
Akhirnya saya meminimalisir semuanya...
Dengan begitu sy merasa simple.. merasa
nyaman, gak ribet, gak lama habisin waktu untuk memilih besok sy kuliah pke
baju apa, kerudung apa dll.
Setelah menerapkan konsep hidup
minimalis, saya merasa selama ini saya mengidap penyakit Obesistuff, memiliki
terlalu banyak barang.
Sekarang saya coba untuk tidak membeli
apa-apa sebelum barang yang saya pakai benar-benar rusak, nggak bisa dipakai
lagi, atau habis. Sudah berjalan hampir setahun saya menerapkan hal ini.
Alhamdulillah, dengan barang-barang yang sangat sedikit, yang paling
penting dengan barang yang saya punya, saya kayak punya ikatan batin gitu.
Lalu gimana memutus Obesistuff dalam
diri kita?
Membangun ikatan emosional dengan apa
yang saya punya, caranya dengan hanya membeli dan menyimpan barang yang
benar-benar saya butuhin.
Paradigma ini benar-benar nolong saya
banget, coba deh kalau kita punya sepuluh sepatu apakah perasaan kita ke sepatu-sepatu
itu akan sama kalau kita cuma punya dua?
Saya yakin pasti nggak sama dengan hanya
punya dua pasang sepatu sandal. Perlakukan ke mereka pasti lebih hati-hati,
lebih sayang. Begitupun dengan barang-barang yang lain.
Saya pernah dengar juga, kelak di
akhirat nanti kita akan yang ditanya tentang apa-apa yang kita miliki termaksud
kita belanjakan untuk apa harta kita. Saya selalu terharu sendiri kalau ingat
sirah obrolan Rasulullah dengan shahabat yang mempertanyakan kehidupan
Rasulullah yang sederhana banget, baju di tambal-tambal, tidur ditikar yang
anyamannya berbekas dipunggung beliau, dan banyak kesederhanaan beliau yang
lain.
Masyaallah..
Ukhty fillah jangan sampai kita lebih
fokus ke penampilan tapi melupakan hati kita
By : Yulianita Sari
Founder : ummat coklat
Ayue Collection
Ayue Production
http://yulianitasari87.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar